Dan
Terjadi Lagi...
Pagi itu, pagi pertama
aku masuk sekolah. Dimana aku menjadi seorang senior yang harus menjadi panutan
bagi para junior. Menjadi kakak kelas yang berada didepan kelas dan harus
memberikan sedikit materi tentang apa yang harus dibawa Senin besok, yah karena
ini praMOS.
Untuk pertama kalinya
aku masuk dimana junior didepanku ini masih kelihatan polos, belum mengetahui
bagaimana kehidupan di SMA. Masing-masing siswa maju kedepan untuk
memperkenalkan diri. Aku sangat asing dengan wajah mereka, aku tak mengenal
masing-masing dari mereka, kecuali yang dulunya satu SMP denganku. Aku pun tak
ada rasa tertarik sedikit pun dengan salah satu dari mereka. praMOS pun
berakhir dan seluruh siswa diharapkan pulang agar dapat melaksanakan MOS dengan
tubuh yang fit.
Senin itu tak ada yang
spesial. Hari pertama aku menjadi senior untuk MOS. Yang mana aku harus rela
tidak masuk kelas dan harus menjaga kelas MOS. Hari pertama ini para junior
mulai mengetahui sebagian senior-senior mereka. Dan para senior perempuan mulai
mencari junior yang ganteng alias berburu berondong. Biasa kelakuan cewe
jaman sekarang. Ada salah satu junior di kelasku, yang menurutku ganteng dan
begitu juga teman-temanku. Tetapi aku tak ada rasa sedikitpun padanya, sungguh.
Hari itu adalah hari
terakhir dari MOS. Dimana aku harus mencari anggota baru untuk ekskul ku,
karena kami memang butuh untuk menjadi sebuah pasukan. Di kelasku hanya ada
satu anak saja yang mendaftar lalu ternyata ada satu lagi anak yang ikut
mendaftar, anak yang katanya teman-temanku ganteng. Dan anak itu bernama
Bastian. Bas bilang kalau ia ingin ikut tapi ia konsultasi dulu ke mamanya.
Besoknya, latihan pertama
pasukan. Aku cukup kaget ternyata ia benar-benar ikut. Dan entah kenapa aku
senang dia bisa ikut. Sungguh aku tak ada rasa apa-apa, tapi ini sangat aneh
menurutku, sungguh. Latihan kali ini tak cukup berat menurutku. Dan anehnya,
Bas benar-benar menarik perhatianku. Aku seperti dibuatnya agar selalu
memperhatikannya.
Latihan pertama kemarin
aku hanya dibuatnya untuk memperhatikannya. Hari ini hari ekskul, semua junior
maupun senior diwajibkkan datang. Latihan kali ini cukup keras jadi aku harus
mengeluarkan tenaga ekstra untuk latihan kali ini. Latihan pun selesai dan
semuanya dikumpulkan jadi satu. Dan entah mengapa aku bisa duduk didekatnya.
Hingga kita bisa bercanda bersama. Aku rasa aku mulai suka pada Bastian. Aku
tak mengerti darimana rasa itu timbul. Padahal awalnya aku merasa biasa saja
ketika aku bersama Bastian. Tapi kali ini berbeda, hatiku bergetar setiap aku
dekat dengannya. Ini sungguh aneh, namun ini nyata. Inikah yang dinamakan
cinta? Datang dan pergi tak mengenal waktu, tiba-tiba hadir dan tiba-tiba pula
pergi. Namun kali ini aku tidak ingin cinta itu pergi, aku ingin cinta itu
tetap ada mengiringi Bastian. Dimana ada Bastian disitu pasti ada rasa cintaku
bersamanya.
Hari demi hari berlalu
kedekatan antara aku dan Bastian makin terjalin. Kita layaknya membutuhkan satu
sama lain. Dimana aku ada, Bastian pasti ada disitu. Bisa dikatakan hampir
kemanapun kita selalu bersama. Hingga kedekatan ini menimbulkan rasa iri
terhadap orang lain yang melihatnya. Awalnya aku tidak peduli terhadap
orang-orang yang benci melihat aku bersama Bastian. Namun hal yang mereka
lakukan membuatku sakit hati. Memang Bastian itu cogan dan aku yakin
pasti banyak dari temanku yang menyukainya, walaupun mereka malu untuk
mengakuinya.
Tindakan yang mereka
lakukan kepadaku saat ini sudah keterlaluan. Mereka mencoba menjauhkan ku
dengan Bastian dengan cara yang menurutku tidak manusiawi. Walaupun bukan
melakukan secara fisik, mereka melakukan dengan cara melukai hatiku. Pada saat
itu aku sempat berfoto dengannya dan menurutku itu foto satu-satunya antara aku
dan Bastian. Dan aku tak mengerti ketika aku ingin meminta foto itu, kucari
foto itu ternyata foto itu tidak ada. Siapa yang tega menghapus kenangan indah
seperti itu? Foto satu-satunya yang ternyata hilang atau mungkin dihapus. Ini
sungguh membuatku terluka. Aku tak bisa membayangkan betapa teganya orang yang
telah menghapus foto itu, aku sungguh tak percaya ia berani melakukan itu.
Suatu hari aku
memberanikan diri untuk memberi tahu Bastian bahwa foto itu telah dihapus. Pada
saat aku mengatakannya, tergambar jelas di wajahnya bahwa Bastian sangat kesal
karena foto itu telah dihapus. Dia tak henti-hentinya bertanya kepadaku, siapa
yang menghapus foto itu. Namun aku hanya bisa menjawab “aku gak tahu
dek” dengan nada kecewa, tapi memang aku tak tahu, dan kali ini aku sudah tidak
mau tahu karena sudah banyak hal yang telah mereka lakukan terhadapku.
Sejak keberanianku ini
aku rasa aku dan Bastian sudah mulai menjauh. Aku pun sudah mulai jarang
berbicara dengan Bastian. Mungkin usaha yang mereka lakukan untuk menjauhkanku
dengan Bastian sudah berhasil. Saat-saat ini juga sudah tidak ada event jadi
kesempatanku untuk memperbaiki hubungan dengan Bastian mulai berkurang kecuali
pada saat hari ekskul saja aku bisa bertemu dan bisa berbincang sedikit dengan
Bastian.
Kini hari-hariku
kulewati tanpa hadirnya Bastian. Tetapi aku tak begitu sedih karena aku masih
bisa mengobrol dengannya lewat sosmed dan kami cukup banyak berbincang
lewat situ meski hanya hal formal saja yang kami bahas. Diam-diam aku stalking
akun facebooknya, aku melihat di dindingnya, ia menyatakan bahwa
telah berpacaran dengan seseorang yang namanya Mya. Ketika kumelihat itu, hatiku
bagai teriris oleh pisau, perih sangat perih. Namun aku sedikit terhibur karena
ini facebook dan facebook ini banyak bohongnya. Aku cukup lega.
Baru saja kemarin aku
merasa lega karena facebook banyak bohongnya. Tiba-tiba temanku yang
mengetahui hubunganku dengan Bastian menyodorkan handphone nya kepadaku.
Ia menunjukkan display picture BBM milik Bastian. Foto itu adalah foto
Bastian bersama seorang cewe dan status BBM milik Bastian adalah nama Mya
dengan tanda hati disampingnya. Hatiku langsung hancur berkeping ketika melihat
hal tersebut. Rasanya aku ingin marah, menangis, sakit semua campur aduk jadi
satu. Aku sudah berkali-kali merasakan sakit yang seperti ini. Namun, menurutku
ini yang paling sakit karena orang lain yang memberitahuku bukan diriku sendiri
yang mengetahuinya. Saat pulang sekolah aku bertemu dengan Bastian, entah
kenapa rasanya aku ingin sekali mencakar-cakar wajahnya, marah-marah didepannya
ah pokoknya campur aduk jadi satu tentang apa yang aku ingin lakukan kepadanya.
Hingga dia menyapaku saja kujawab dengan nada yang cukup sinis, jujur aku cukup
menyesal melakukan itu, aku takut ia akan marah kepadaku dan tak mau bicara
atau bertemu denganku lagi.
Hari demi hari aku
nikmati, berusaha menenangkan hati dari kenyataan bahwa Bastian sudah punya pacar.
Dari situ juga kedekatanku dengan Bastian semakin pudar. Kondisi perasaanku
kini juga telah membaik. Aku pun juga sudah tidak merasa ingin marah-marah atau
lainnya terhadap Bastian. Kini aku sudah tidak terlalu memperdulikan perasaanku
terhadapnya. Baiklah aku akui, aku masih suka pada Bastian, tapi aku harus
menahan sedikit perasaan itu agar tak ada lagi orang yang membenciku dan tak
ada lagi rasa sakit hati yang menerpaku.