Kenanganku Bersamamu
Ketika ku melihatmu, aku langsung terpesona. Kau begitu
indah, aku begitu terikat oleh keindahanmu. Hal itu terjadi ketika kenaikan
kelas 7 ke kelas 8. Mula, aku tak mengenalmu, tetapi setelah kita menjadi satu
team dalam sebuah tugas, aku mulai belajar untuk mengenalmu.
Ku tanya namamu, kau hanya menjawab
dengan senyuman. Aku pun makin penasaran terhadapmu. Kau begitu tertutup, tapi
ku kan berusaha membukanya. Dengan memberanikan diri, ku kenalkan diriku, “hai,
aku Owen, engkau siapa?”. Lalu kau hanya terdiam dan menjawab “aku Viona”.
“Viona boleh kuminta nomor teleponmu”, kau terdiam dan menyebutkan nomor
teleponmu. Hatiku bergetar saat menerima nomor teleponnya.
Semalaman aku banyak mengobrol
dengannya lewat SMS. Aku menannyainya tentang kehidupannya. Di situlah aku
mulai mengenalnya. Sepertinya dia sudah memiliki pasangan, tetapi aku tak
perduli, yang jelas sepertinya aku sayang kepadanya.
Hari demi hari berlalu, kuberanikan
diriku untuk mengatakan yang sesungguhnya pada Viona. Aku memang tak
mengatakannya langsung, tetapi walaupun hanya melalui SMS kukira itu sangat
berarti untukku. Dag dig dug hatiku menunggu jawaban darinya. Ternyata,
penantianku tak sia-sia dia menerimaku, aku sangat bahagia.
Kujalani hubunganku dengannya,
awalnya lancar-lancar saja. Namun, sepertinya dia tak hanya denganku, dia
seperti memiliki pasangan lain selain aku yang belum dia putuskan ketika
kunyatakan perasaanku. Aku merasa kesal dan hampir tak bisa meredam
kemarahanku. Tapi akhirnya ku diamkan saja dia dan aku akan menirunya. Itu
adalah hal yang mudah bagiku.
Aku merasa tak enak karena harus
menyayangi 2 orang sekaligus. Aku tak bisa memilih antara mereka berdua. Aku
menyayangi Vio dan juga Fanty. Aku bingung aku dilema. Tapi akhirnya aku putuskan
Vio, karena Fanty.
Hari-hariku yang tak lagi bersama
Vio, menjadi tak begitu indah karena Fanty tak sesempurna Vio. Ia tak seindah
Vio, ia tak sebaik Vio. Aku sadari aku telah bodoh memilih Fanty daripada Vio.
Kurindukanmu Vio.
Lama telah kujalani hubunganku
dengan Fanty. Tetapi tak ada bahagia yang sama yang kurasakan ketika aku
bersama Vio. Fanty itu indah, tapi tak seindah Vio, bagiku Vio adalah
segalanya. Lama-kelamaan aku tak tahan dengan kelakuan Fanty. Lalu aku putuskan
untuk mengakhiri hubunganku dengan Fanty.
Pada saat kenaikan kelas 8 ke 9, aku
mengajak Vio untuk kembali bersamaku. Ternyata Vio mau, tetapi aku merasa
terganggu karena Fanty tak ingin berpisah denganku, dia masih mengejar-ngejar
aku, aku merasa tak nyaman karena Fanty.
Setelah aku kembali bersama Viona,
aku sudah tak memperdulikan Fanty. Tetapi aku merasa kalau Viona tak hanya
denganku tetapi juga dengan orang lain yang belum dia akhiri hubungannya. Aku
jadi memiliki pikiran yang buruk terhadap Viona.
Ketika aku mengiriminya SMS tak
pernah dibalasnya. Ketika bersamaku dia mengaku bahwa dia tak membawa handphone, padahal ku tahu kalau dia
membawa handphone. Ku tak
memperdulikan Vio, aku merasa sakit hati. Kau diamkan aku dan aku akan diamkan
engkau pula.
Tahukah engaku Vio, aku benar-benar
menyayangimu, mengapa kau lakukan ini padaku? Tapi akhirnya aku kan berani
untuk mengatakan untuk memutuskan hubunganku dengannya. Kuharap kau bahagia
dengan keputusan ini. Aku sadar bahwa mencintaimu itu mudah, tetapi melupakanmu
itu sesungguhnya hal yang menyedihkan. Semoga kau dapat bahagi walau tak
bersamaku lagi. Kenangan “Viona dan Owen”.