Jumat, 12 Desember 2014

Cerbung Unggulan FH chap1

Freak Heart
Sudah pukul 14.00 tetapi lelaki ini tidak kunjung berdiri. Dari tadi dia hanya duduk di kursi taman dengan memainkan iphone nya. Entah siapa yang ia tunggu. Mungkin dia sedang menunggu kekasihnya yang tak kunjung datang, sampai-sampai dia tak menyadari kalau aku sedari tadi memperhatikannya. Yah, aku memang suka memperhatikannya, entah apa yang aku pikirkan, sedari dulu ku selalu memperhatikannya padahal dia melirikku saja jarang. Lelaki itu adalah Drian, cowo yang amat sangat digandrungi oleh hampir semua cewe satu sekolah dan mungkin termasuk aku. Namun ia telah memiliki tambatan hati, dan cewe yang beruntung itu adalah Bella. Betapa beruntungnya cewe itu dapat memiliki Drian, sayangnya saat ini mereka terpisah karena  mereka sudah berbeda.
            Waktu sudah menunjukkan pukul 14.30 dan Drian masih disana saja menunggu Bella, sepertinya. Lalu kuberanikan diriku untuk mengahampirinya. “Dri, ngapain sih lo dari tadi disini sendirian? Lo nunggu sapa?” tanyaku. “eh elo Rev. kagak ko gue ngga nungguin sapa-sapa gue cuma pengen aja duduk disini, disini tempatnya enak”, jawabnya sambil mencoba tersenyum lepas. “ah lo bohong kan Dri, gue tiap hari selalu disini dan gue baru kali ini ngeliat lo disini dan duduk disitu dari pukul 12.00 tadi. Jawab Dri, lo nungguin sapa?” tanyaku lagi. ”eh Rev mending lo duduk deh dari tadi berdiri mulu”, jawabnya mengalihkan pembicaraan, lalu aku pun duduk disampingnya. “jawab Dri, lo nunggu sapa? Apa lo nunggu si Bella?” aku mengulang pertanyaanku. “ehmm iya Rev, gue lagi nungguin Bella, dia katanya mau ketemuan disini tapi sampe sekarang ga dateng-dateng”, jawabnya sambil memainkan iphone nya lagi. “hmm gue udah tebak lo pasti nunggu Bella. Emang lo sama Bella ada apa sih? Kok kata anak-anak lo berdua udah jarang bersama lagi”. Tanyaku dengan penyakit kepo ku yang kumat. “eh Rev gue pulang dulu ya, udah sore, sampe besok di sekolah”, jawabnya sambil berdiri dan akan pulang meninggalkanku disini. “Dri, tapi pertanyaan gue belom lo jawab” ,teriakku. “udah deh Rev, kapan-kapan aja gue certain ke lo” jawabnya sambil berteriak sedikit lalu pergi dengan motornya itu. “ ada apa sih sama anak itu? Aneh deh. Udah ah mending aku pulang, ibu udah nunggu”, gumamku pada diriku sendiri. Akhirnya aku pun pulang karena taman sudah mau tutup. Yah taman itu tutup pukul 15.00 karena setiap pukul itu taman selalu dipakai untuk kumpulan yayasan.

            Sesampaiku di rumah, aku masih saja memikirkan tentang ada apa dengan hubungan Drian dan Bella. Aku memang menyadari bahwa ada sesuatu yang disembunyikan oleh Drian tentang hubungannya dengan Bella. Yah walaupun aku dulu tidak satu sekolah dengan Drian tapi sekarang kan aku sama dia sudah satu sekolah, bahkan kita berteman, kenapa dia tidak cerita saja. “Drian, lo itu bagi gue cowo yang perfect, tapi kenapa sama hubungan percintaan lo? Kenapa lo ga mau cerita ke gue? Gue kan temen lo. Gue akan cari tau Drian, walau itu bukan dari mulut lo sendiri. Gue bakal tanya ke sahabat-sahabat lo Dri. Gue ngga suka ngeliat lo tersiksa gini” gumamku pada diriku sendiri. Akhirnya akupun tertidur karena sudah larut malam, sedangkan besok adalah hari Senin dan besok akulah yang menjadi petugas untuk pasukan pengibar besok.

bersambung.....

Sabtu, 08 Februari 2014

Naskah Drama Bahasa Indonesia Untuk 6 Orang

Jeritan 6 Sahabat
Tokoh-tokohnya:
Ø  Odi adalah Auliya’ Rochman
Ø  Vinza adalah Vingky Isella
Ø  Fauzan adalah M. Fandy Firmansyah
Ø  Ino adalah Kurniawan Dwi S.
Ø  Dinda adalah Irene Dinda Y.
Ø  Viana adalah Premitha Evi N.
            Keenam sahabat yang sedang berjalan di tengah lapangan hijau yang membentang. Disana ada Odi dan Vinza yang sedang berduaan. Lalu mereka berdua dikejutkan oleh keempat temannya yang lain.
Fauzan, Ino, Dinda dan Viana: (mengendap-endap lalu mengejutkan mereka) Hayoo, lagi pacaran yaa?
Dinda: Eee ciye Odi sama Vinza
Vinza: Ihh apaan sih Dinda, usil deh kamu!! (dengan malu-malu)
Odi: (dengan lantangnya menjawab) Ya iya dong, kita kan Couple Ciye Ciye, ha…ha…ha…
            Lalu mereka semua merundingkan tentang rencana mereka yang akan pergi menjelajah.
Fauzan: Eh kalian berdua jangan berduaan terus dong. Gimana rencana kita kemaren?
Ino: Iyo Odi sama Vinza ni, berduaan terus. Gimana nih buat besok? Kan kamu yang ngerencanain di?
Odi: Iya, iya jadi. Itu semua tergantung cewek-cewek ini. (sambil menunjuk Vinza, Dinda, dan Viana)
Viana: Ya pastilah kita ngikut masak nggak seh. Iya nggak Din?? (dengan menoleh ke Dinda)
Dinda: Ikut kok ikut. Ni anak juga pasti ikut dong (menunjuk Vinza)
Vinza: Iya deh ngikut (sambil cemberut malu-malu)
Odi: Oke sip dahh kalo gitu!! Besok langsung ye?
Dinda: Kemana tapi Di??
Odi: Gatau juga, pokoknya kita pergi gitu.
Dinda: Ihh Odi kamu nih gimana sih, ngajak-ngajak tapi gatau kemana.
Viana: Ehm.. gimana kalo kita ke rumah neneknya Fauzan aja yang ada di desa? Kan disana viewnya bagus jadi bisa njelajah sambil photo-photo dongg!
Dinda: Setuju!!! (sambil mengacungkan tangan)
Fauzan: Okeh deh, ntar aku bilang ke ibuk dulu. Terus kita kesana naik apa?
Odi: Mobilku lah!!
Ino: Oke deh ngikut aja aku
            Akhirnya mereka semua pulang dan mempersiapkan untuk besok. Pagi harinya, Odi menjemput satu persatu temannya. Pertama Ino lalu Fauzan dan lainnya secara berturut-turut.
Vinza: Hey Di, kamu jangan ngebut yaa! Aku duduk di depan ya sama kamu!
Odi: Pasti dong my Couple Cie Cie
Vinza: Ah Odi, malu keleus!
Dinda: Hayo pacaran melulu, cepet gih jalan!!!
Ino: Iyo anak dua nih
            Akhirnya mereka semua memulai perjalanan ke rumah Nenek Fauzan. Semua orang didalam mobil tertidur, kecuali Odi dan Vinza. Setelah cukup lama di  perjalanan akhirnya mereka semua sampai di rumah neneknya Fauzan.
Odi: Wooyyy bangun, udah nyampe (setengah berteriak sambil mulet)
Viana: Emmm udah sampe ya? Eh ayo bangun semuanya!!!
            Akhirnya mereka bangun semua dan keluar dari mobil sambil menghirup udara segar di kampung neneknya Fauzan.
Fauzan: Eh guys itu rumah nenekku. Bagus ya? Udaranya masih bersih lagi
Vinza: Iyes bingit!
Viana: Hemmm segarnya, aku gak pernah ngehirup yang seperti ini di kota. (sambil menghirup udara kuat-kuat)
Fauzan: Eh ngapain disini? Ayo masuk ke rumah nenekku!
Viana, Vinza, Dinda, Ino, dan Odi: Ayoo, capek nih!!
            Akhirnya mereka semua masuk ke rumah neneknya Fauzan dan beristirahat sejenak. Setelah beristirahat cukup lama mereka pun melanjutkan perjalanan menjelajah dan meminta izain pada nenek Fauzan. Para cewek pun menyiapkan semua kebutuhan mereka.
Dinda: Hey ayo! Udah siap semua loh! (setengah berteriak)
Odi: Okeh naik mersi ya! Merk Sikil, hahaha
Viana: Terserah kamu di… kita semua nurut aja sama kamu.
            Mereka semua pun melanjutkan perjalanan. Setelah cukup lama berjalan kaki, mereka istirahat sejenak karena terjadi sesuatu dengan Vinza.
Vinza: Aduh sakit… aku kepleset, sakit bingit yes.(sambil merintih kesakitan)
Odi: Kenapa kamu? Gapapa kan? Aku gendong ya?
Vinza: Gak ah makasih bisa sendiri kok aku.
Odi: (berusaha menggendong Vinza tanpa berkata apa-apa)
Vinza: (pluakk, menampar Odi dengan pelan) Maksud kamu apa? Aku bilang gak ya gak Di..
Odi: (mengurungkan niatnya menggendong Vinza) ya-ya-ya maaf Vin. Auu sakit tau!
Vinza: Itu salahmu sendiri Di (menjulurkan lidah, mengejek Odi)
Dinda: Apa sih ribut-ribut? Berisik tau! Ingat kita nggak di dalam ruangan, kita di alam bebas.
Odi dan Vinza: Iya kita diem kok.
Dinda: Nah gitu dong!
Viana: Udah deh. Masih jauh keleus!
Fauzan: Eh itu didepan ada gubuk, bermalam disitu yok!
Ino: Iyo aku sudah ngantuk, laper lagi. Dind, masakin ya!!
Dinda: Sipp rebes!
            Lalu mereka masuk ke gubuk itu. Cewek-cewek membersihkannya dan cowok-cowok mencari kayu bakar untuk menghangatkan diri dan memasak. Setelah terkumpul semua kayu bakarnya, Dinda pun mulai memasak. Setelah itu..
Dinda: Guys makanannya sudah siap (sambil membawa makanan menuju teman-temannya)
Ino: Alhamdulillah, sudah laper buanget aku Din
Viana: Wait! Berdoa dulu dong! (sambil menahan kawan-kawannya untuk makan) Zan, kamu aja deh yang mimpin doanya!
Fauzan: Okelah. Temen-temen sebelum kita makan, sebaiknya kita berdoa dulu. Doa mulai (semuanya berdoa setelah beberapa saat) Doa selesai. Ayo makan!
            Akhirnya mereka menghabiskan makanannya, lalu tidur semalam untuk menjernihkan pikiran mereka untuk esok. Tetapi setelah itu ada hal yang tidak diinginkan terjadi.
Vinza: (Dengan sangat kaget) A-a-a apa itu tadi melewati aku?
Odi: Kamu kenapa Vin? (bangun terkaget lalu menoleh Vinza)
Dinda: Apa sih malem-malem begini udah ribut? (mengucek mata sambil menguap)
Fauzan dan Ino: Apaan sih ribut-ribut, ngantuk nih, ganggu tidur aja. (menguap secara bersamaan)
Dinda: Eh ni anak kebo banget semua pada bangun malah masih tidur aja. (menunjuk viana yang sedang tidur pulas)
Viana: (Tak merespons dan tak bergerak sedikit pun hanya berubah posisi tidur)
Dinda: Oyy bangun keleus!! (memukul Viana dengan cukup keras)
Viana: (kebingungan) Hah iya ada apa? Kenapa? Aduuh Dinda sakit tau!!!
Odi: (agak marah) Kamu juga sih Vi, tidur mulu. Nih Vinza tiba-tiba ngerasain sesuatu.
Viana: Oh iya, masak? Kamu kenapa Vin? (masih bingung)
Vinza: Begini semuanya, aku kaget. Kayak ada yang ngelangkahin aku gitu. Makanya aku kaget dan teriak.
Odi, Dinda, Ino, Fauzan, dan Viana: Ohh begitu..
Ino: Jangan-jangan rumah ini ada sesuatunya? (mulai ketakutan)
Vinza: (makin takut) Aduh Ino loh kok tambah nakutin aku gitu seh?
Fauzan: Loh enggak gitu juga, tapi emang di rumah ini sepertinya ada yang begitu. Soalnya nenekku pernah cerita tentang sebuah rumah yang agak gimana gitu.
Vinza: Haduh…. Kok gitu? (takutnya makin menjadi)
Dinda: Aaaaaaaahhhhhh…. Vi sebelahmu (melihat siluet)
Viana: Mana sih? Gak ada kok. Udah lah, santai deh, kita ka nada Allah Dind. (sok gak takut)
Dinda: Iya bener kok Vi. Eh by the way Odi mana yak? (mencari-cari)
Ino: Iyo kemana ya? Ngilang gitu aja? (sangat bingung)
Fauzan: Ah paling dia buang air. (menyeringai)
Ino: Iya deh mungkin.
Vinza: Hah apa itu? (ketakutan sekali)
Dinda, Ino, dan Viana: Huaaaa apaan itu?
Fauzan: A..a..apa itu? (pura-pura takut)
Vinza, Ino, Dinda, Viana, dan Fauzan: Jangan mendekat takuutt…
Odi: (membuka seprai putih yang dipakainya, lalu mengkageti teman-temannya) Huaa hayo takut ya semuanya? Hahahahahaha ketipu..
Fauzan: (Tos dengan Odi sambil tertawa terbahak)
Vinza: Walah apaan sih Odi sama Fauzan ini. Au ah malesin
Odi: Maaf ya Vin. Kamu sih pake takut, terus aku sama Fauzan janjian deh nakutin kalian semua.
Fauzan: Maaf juga ya Vin.
Vinza: Iya deh aku maafin.
Viana: (melihat siluet) Wohoy apaan tadi? Bukan kalian berdua kan?
Odi dan Fauzan: Kali ini bukan kami Vi..
Viana dan Dinda: Terus apaan dong?
Ino: Itu tuh..
Vinza, Odi, Fauzan, Ino, Dinda dan Viana: Huaaaaaaa kabooorrr……… (berlari ketakutan dan berteriak)

            Akhirnya mereka semua berlari ketakutan dan tidak melanjutkan penjelajahan mereka. Mereka pun ke rumah nenek Fauzan lagi dan memutuskan tidur di sana. Esok paginya mereka pulang ke rumah masing-masing dan merenungkan hal semalam itu, tapi hal itu akan dijadikan sebuah pengalaman berarti bagi mereka.

                                                                           SELESAI

Selasa, 28 Januari 2014

Cerpen Unggulan

Gak Semuanya Bisa Dengan Duit
            Suatu hari ku melihat seorang gadis kecil yang sedang duduk menyendiri di sebuah taman di tengah kota. Ku melihat gadis itu mngenakan pakaian yang sangat bagus dan mungkin mahal. Tetapi aku tak melihat kebahagiaan dari raut mukanya. Kulihat ia sedang mengusap sebelah matanya, lalu ku datangi dia.
            “Hai adek cantik, kamu kenapa sendirian disini, mama papa kamu kemana?” tanyaku. “Kakak siapa? Kenapa tiba-tiba duduk di sebelah aku?” jawabnya dengan ragu. Dengan senyuman kujawab pertanyaan itu “kakak Revina, kalo nama kamu siapa dek? Terus pertanyaan kakak tadi juga belum adek jawab.” “A…aku Alena kak. Mama papaku kerja, aku kalo lagi pengen sendiri emang selalu kesini kak” jawabnya. “Oh Alena, kenapa kamu sedih cantik?” tanyaku dengan sedikit bercanda. “Aku sedih kak, aku merasa semuanya gak sayang sama aku, yah walaupun semua yang aku minta selalu di turuti oleh mama papa, tetapi aku merasa tak mendapat apa itu yang namanya rasa kasih sayang.” “Oh gitu dek. Ya sudah kamu gausah sedih lagi kan sekarang ada kakak disini, cerita aja sama kakak” jawabku. Lalu kumelihat arlojiku sudah menunjuk pukul 13.30 yang artinya aku harus segera pulang kerumah, karena ibuk pasti juga udah nungguin. “Emm Lena, kamu kakak tinggal pulang gak papa kan, soalnya kakak mesti pulang sekarang. Ayo deh kamu pulang ya, kakak anter deh.” “gak usah deh kak, aku masih mau disini, dah kakak besok kesini lagi ya!” Dengan senyuman kujawab “pasti dek.”
            Dari hal tersebut aku lalu berpikir bahwa tak semuanya dapat dibeli dengan uang termasuk kasih sayang. Sungguh malang gadis kecil yang cantik nan imut tersebut, semua keinginannya diberi oleh orang tuanya, tetapi hanya satu yang tak ia dapatkan yaitu kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya.
            Hari berikutnya aku berjalan ke rumah setelah pulang sekolah. Tetapi di tengah jalan aku melihat gadis kecil yang kutemui kemarin sedang di-bully oleh yah mungkin bukan temannya. Lalu segera aku mendekat, tapi aku menghentikan langkahku ketika seorang anak berkata “Haha Lena, kamu itu anak orang kaya tapi mana kamu gak kaya dengan kasih sayang, aduuhh kasiyan deh loe!” Betapa pedihnya aku mendengar kata-kata seperti itu dapat terlontarkan dari seorang anak 4 SD. Bagaimana coba orang tuanya mendidik?? Lalu aku langsung berlari menyambar Lena dan mengusir anak-anak itu.
            “Lena kamu baik-baik saja kan?” tanyaku. Sambil terisak lalu memelukku dan berkata  “aku dikatain mereka kak.” Wah benar-benar keterlaluan anak-anak tadi. Lalu aku langsung mengantar Lena pulang ke rumahnya.”dek rumah kamu dimana sini kakak anter pulang!” lalu dia menunjukkan arah jalan ke rumahnya. Beruntung sekali orang tuanya ada di rumahnya jadi aku bisa sekalian memberitahu kepada mereka bahwa anak tak dapat bahagia bila hanya dimanjakan dengan uang.

            Kedatanganku disambut hangat oleh orang tua Lena. Lalu aku bercerita tentang apa yang telah terjadi pada putrinya. Yang terpenting dari semua perkataanku pada mereka ialah “Eh om, tante maaf nih kalau nanti om sama tante mikirnya aku ikut campur tapi ini penting. Memang benar Alena senang dengan semua fasilitas yang kalian berikan kepadanya. Tetapi yang paling dia inginkan adalah kasih sayang dari kalian berdua. Jadi saya mohon berikanlah semua kasih sayang yang dapat kalian berikan kepada Alena, sebelumnya maf lagi karena aku sudah bicara begini om tante.” “oh jadi begitu ya, jadi semuanya gak bisa dengan uang, baiklah kami akan mencoba saran dari kamu.” Setelah itu aku langsung minta izin pulang, diperjalanan pulang aku bergumam sendiri, “sungguh orang tua yang tak punya akal, emang bisa kasih sayang dibeli sama duit, ya kelles.” Jadi boleh kalian semua memanjakan orang lain dengan uang tetapi ingat kasih sayanglah yang terpenting.

Selasa, 07 Januari 2014

Cerpen Unggulan

Training Membawa Cinta
            Huft.. harapan cintaku pupus, ketika ku mendengar orang yang sedang aku incar telah milik orang lain. Sudahlah aku tak peduli, masih ada yang satunya, yaitu Yulio. Aku masih benar-benar mengharapkan Yulio, hingga…
            Suatu hari aku mengikuti sebuah training IT selama 2 hari. Di hari pertama, kurasa training tersebut biasa-biasa saja dan semua pesertanya juga biasa saja, kecuali Ryan, sahabatku. Aku merasa di sana hanya memiliki teman Ryan saja, karena mayoritas pesertanya kelas 2 SMP, hanya aku, Ryan dan Ka’ Santi saja yang lebih tua (dalam tingkatan kelas).
            Materi pertama di hari pertama adalah sebuah motivasi. Aku benar-benar termotivasi untuk memajukan IT anak Indonesia, sebab itulah aku benar-benar bersemangat. Setelah itu materi Robotika, uh aku sangat mencintai materi ini. Walaupun aku tak mahir, tapi aku berusaha sekuat tenaga. Disana aku ditugaskan kelompok dan aku berkelompok dengan Chicha dan Rizain. Kami dapat menyelesaikan tugas tersebut dengan baik, tepat, cepat dan rapi walaupun sedikit mengalami kebingungan karena kabel yang terbelit.
            Tibalah waktu free, yeah I love it. Disana aku menghabiskan waktu dengan bermain laptop. Di waktu free itu aku menyempatkan untuk mendownload semua yang kumau karena free wifi area. Saat itu aku rasa ada yang telah memperhatikanku sejak tadi. Aku merasa bingung, apakah dia memperhatikanku atau siapa. Tapi kurasa dia memperhatikanku, lalu kubalas dengan perhatian pula. Ah kamu sudah mencuri perhatianku J. Lalu aku bercanda bersamanya dan juga teman-temannya yang merupakan adek kelasku, sama sepertinya. Hingga pulang pun kami semua masih bercanda ria.
            Semalaman aku memikirkanmu, oh Tuhan apakah ku t’lah jatuh cinta, lagi. Ku terdiam bayanganmu terlintas, ku melakukan sesuatu terasa kau ada di depanku, ah senangnya. Oh ya aku lupa mengatakan siapakah dia, dia adalah Fabrian, berondong manis yang saat ini sedang ku perhatikan dan pikirkan. Karenamu ku tak sabar menantikan hari esok. Tuhan… tuangkanlah dia kedalam mimpiku.
            Keesokan harinya, hari kedua training. Bangun pagi, ternyata doaku terkabul, dia masuk kedalam mimpiku semalam, oh Tuhan terimakasih. Aku pun bergegas mandi dan setelah rapi ku langsung menuju tempat training.
            Setelah sampai disana aku langsung duduk dan kulihat hanya ada Ihsan, adek kelas yang sangat suka ngegame, padahal kemarin dia telat datang dan sekarang datang pertama langsung ngegame. Lama kumenunggu akhirnya ada yang datang, lalu ku menunggu lagi Fabrian yang datang, ia pun langsung menuju ke Ihsan.
            Materi hari ini harus berhadapan dengan laptop, selalu. Pertama adalah Corel Draw untuk membuat desain grafis dan sebagainya. Fabrian duduk tak jauh dariku dan dibelakangnya ada Chicha. Hal yang menyenangkan ketika Chicha bertanya pada Fabrian, ia menoleh ke Chicha dan jika telah selesai dia menoleh kepadaku, ah aku sungguh tersipu. Materi kedua adalah Blog, awalnya aku tak mengerti apa itu blog dan setelah dijelaskan aku mulai tertarik dengan Blog, bukan karena salah satu trainernya yang cute itu, tapi karena blog itu asyik dan aku tak sampai bertanya bahkan Chicha juga, karena itu Fabrian tak menoleh. Tapi walau tak sedang membantu Chicha, Fabrian masih sempat menoleh dan melirik kepadaku, ah salting aku.setelah itu free time, kugunakan untuk online facebook, haha. Setelah itu materi ketiga dan terakhir, yaitu Flash. Ku kira ini akan seperti Corel yang gampang-gampang susah, namun Flash ini sungguh membingungkan. Aku selalu menggaruk kepala karena terlalu bingung, tetapi kebingungan itu terhapuskan oleh lirikan Fabrian saat ia selesai membantu Chicha, ah Fabrian J.
            Hari ini akan segera berakhir, jadi kita semua harus berpisah. Aku rasa aku mulai menyayangi Fabrian, karena tanpa ada yang mengetahui aku dan Fabrian bercanda sendiri dan seakan hanya ada kita berdua. Itu adalah momen-momen yang indah. Di saat waktu pulang aku pulang mendahului Fabrian. Rasanya ingin menunggu tetapi, dikira cewe apaan aku nanti.

            Kusadari sepertinya aku menyayangimu Fabrian. Aku tak peduli kau lebih muda atau adek kelas, toh Kunio dulu juga lebih muda dari aku bahkan lebih muda dari Fabrian. Ooohh Fabrian berondong manisku, aku sayang kamu J.

Cerpen Unggulan

Harapan Baru Cintaku
            Di malam yang hening dan sunyi, kutatap rembulan yang hangat dan bintang-bintang yang bertebaran. Canda dan tawa menghiasi malam ini. Tetapi hilanglah sudah ketika handphoneku berdering. Kubuka dan kubaca isinya, lalu kutatap cermin dan melihat banyak air mata yang mengalir di wajahku.
            Terpuruklah aku mendengar kata putus darimu. Maro, mengapa kau tinggalkan aku? Kau pergi menjauh, mencari tambatan hati yang lain. Tetapi, kini bagiku hanyalah sebuah kenangan pahit belaka yang tak penting untuk diingat. Sekarang yang terpenting adalah membahagiakan hatiku yang terpuruk ini dengan senyuman manis dari Kunio dan keramahan wajah dari Yulio. Mereka berdualah yang saat ini mengisi pojokan hatiku yang kosong.
            Kunio adalah teman terbaikku, Kunio begitulah aku memanggilnya. Dia panggil aku dengan sebutan Reina. Dia selalu mengerti aku dalam keadaan apapun, baik senang maupun susah. Itulah yang membuatku mengaguminya hingga menyayanginya sampai saat ini. Senyumannya yang begitu manis dan unik membuatku tergila-gila. Tak hanya itu saja, ketika kau membuat rambutmu berantakan, kau begitu keren, sampai ku tak bisa berhenti memandangimu. Bagiku Kunio adalah harapanku, karena ia begitu indah, lebih indah dari bulan purnama bahkan sangat indah. Walaupun ku tahu kau tak menyukaiku, tapi ku kan tetap berusaha membuatmu suka padaku.
            Sedangkan Yulio adalah seorang teman baru yang telah mampu memikat hatiku yang telah remuk ini, aku biasa memanggilnya dengan Yulio. Penampilannya yang keren membuat banyak cewek-cewek aneh yang berlomba-lomba mendapatkannya. Yah mungkin aku juga termasuk. Bagiku penampilan Yulio adalah cirihasnya, senyumannya yang manis dan sikapnya yang cuek tapi keren itulah yang membuatku benar-benar ingin menginginkannya. Aku jarang disapa olehnya karena ia begitu cuek terhadap cewek.      Kunio dan Yulio, sebuah kepribadian yang beda tetapi dengan style yang sama. Tetapi, bagiku  Yulio adalah sosok yang penuh dengan tanda tanya, gayanya yang cuek membuatku curiga, apakah dia melirikku apa hanya aku yang meliriknya, yang kuharapkan hanya bisa dekat denganmu lalu kau miliki aku. Tapi mungkin hal itu tak akan terkabul, karena aku merasa bahwa engkau sepertinya tak akan menyukaiku, karena aku tak begitu menarik dan mungkin sedikit aneh. Yang kuharapkan saat ini hanyalah Kunio, karena ia lebih mengerti aku, yang kutahu bahwa mungkin ia tak menyukaiku, tetapi aku kan berusaha dengan keras agar Kunio bisa menyukaiku bahkan menyayangi dan mencintaiku.

            Hari-hariku yang kini tanpa Maro telah diisi oleh Kunio dan Yulio. Tetapi melupakan Maro bagiku adalah hal yang sulit, karena hadirnya Kunio dan Yulio membuatku lebih mudah melakukan itu. Sekarang aku benar-benar tak menyayangimu Maro. Dihatiku saat ini hanya diisi oleh Kunio dan Yulio. Aku gak akan pernah mengingatmu lagi Maro. Kini harapan baruku hanyalah Kunio dan Yulio, seorang.